untuk Download klik Disini
Pages
Lencana Facebook
GINJAL
Diposting oleh
estic kartixa
di
05.50
Penyakit Ginjal.
Dengan berat hanya sekitar 150 gram atau sebesar kira-kira separuh
genggaman tangan kita, ginjal memiliki fungsi sangat strategis dalam
mempengaruhi kinerja semua bagian tubuh. Selain mengatur keseimbangan
cairan tubuh, eletrolit, dan asam basa, ginjal juga akan membuang sisa
metabolisme yang akan meracuni tubuh, mengatur tekanan darah dan menjaga
kesehatan tulang.
Menurut ahli ginjal, penyakit ginjal
disebut kronik jika kerusakannya sudah terjadi selama lebih dari tiga
bulan dan lewat pemeriksaan terbukti adanya kelainan struktur atau
fungsi ginjal.
Pada penyakit ginjal
kronik terjadi penurunan fungsi ginjal secara perlahan sehingga terjadi
gagal ginjal yang merupakan stadium terberat penyakit ginjal kronik.
Jika sudah sampai stadium ini, pasien memerlukan terapi pengganti ginjal
berupa cuci darah (hemodialisis) atau cangkok ginjal yang biayanya
mahal.
Kenali Tanda-Tanda Penyakit Ginjal
Tanda-tanda penyakit ginjal sering tanpa keluhan sama sekali, bahkan tak sedikit penderita mengalami penurunan fungsi ginjal hingga 90 persen tanpa didahului keluhan. Oleh karena itu, pasien sebaiknya waspada jika mengalami gejala-gejala seperti, tekanan darah tinggi, perubahan jumlah kencing, ada darah dalam air kencing, bengkak pada kaki dan pergelangan kaki, rasa lemah serta sulit tidur, sakit kepala, sesak, dan merasa mual dan muntah.
Tanda-tanda penyakit ginjal sering tanpa keluhan sama sekali, bahkan tak sedikit penderita mengalami penurunan fungsi ginjal hingga 90 persen tanpa didahului keluhan. Oleh karena itu, pasien sebaiknya waspada jika mengalami gejala-gejala seperti, tekanan darah tinggi, perubahan jumlah kencing, ada darah dalam air kencing, bengkak pada kaki dan pergelangan kaki, rasa lemah serta sulit tidur, sakit kepala, sesak, dan merasa mual dan muntah.
Penyakit ginjal
memang bukan penyakit menular, setiap orang dapat terkena penyakit
ginjal, namun mereka yang memiliki faktor risiko tinggi seperti mereka
yang memiliki riwayat darah tinggi di keluarga, diabetes, penyakit jantung, serta ada anggota keluarga yang dinyatakan dokter sakit ginjal sebaiknya melakukan pemeriksaan dini.
Ada beberapa jenis pemeriksaan yang bisa dilakukan untuk mengetahui
kesehatan ginjal, salah satunya yang paling umum adalah pemeriksaan
urin. Jika ada kandungan protein atau darah dalam air kencing tersebut,
maka menunjukkan kelainan dari ginjal.
Atau bisa juga melakukan pemeriksaan darah guna mengukur kadar
kreatinin dan urea dalam darah. Jika kadar kedua zat itu meningkat,
menunjukan gejala kelainan ginjal. Sementara pemeriksaan tahap lanjut
untuk mengenali kelainan ginjal berupa pemeriksaan radiologis dan biopsi
ginjal. Biasanya pemeriksaan ini atas indikasi tertentu dan sesuai
saran dokter.
Langkah Pencegahan Penyakit Ginjal
Gangguan ginjal bisa dicegah dengan berbagai cara, terutama dengan menerapkan gaya hidup sehat. Berhenti merokok,
memperhatikan kadar kolesterol, kendalikan berat badan, menghindari
kekurangan cairan dengan cukup minum air putih tidak lebih dari 2 liter
setiap hari. “Minum air secara berlebihan justru akan merusak ginjal,”
kata Dr.David Manuputty, SpBU dari RSCM Jakarta.
Selain gaya hidup sehat, lakukan pemeriksaan kesehatan tahunan pada
dokter, mintalah pula agar urin Anda diperiksa untuk melihat adanya
darah atau protein dalam urin. Yang tak kalah penting, berhati-hatilah
dalam menggunakan obat anti nyeri khususnya jenis obat anti inflamasi
non steroid.
JANTUNG KORONER
Diposting oleh
estic kartixa
di
05.47
Penyakit Jantung Koroner
pada mulanya disebabkan oleh penumpukan lemak pada dinding
dalam pembuluh darah jantung (pembuluh koroner), dan hal ini
lama kelamaan diikuti oleh berbagai proses seperti penimbunan
jarinrangan ikat, perkapuran, pembekuan darah, dll.,yang kesemuanya
akan mempersempit atau menyumbat pembuluh darah tersebut.
Hal ini akan mengakibatkan otot jantung di daerah tersebut
mengalami kekurangan aliran darah dan dapat menimbulkan
berbagai akibat yang cukup serius, dari Angina Pectoris (nyeri dada) sampai Infark Jantung, yang dalam masyarakat di kenal dengan serangan jantung yang dapat menyebabkan kematian mendadak.
Beberapa faktor resiko terpenting Penyakit Jantung Koroner :
- Kadar Kolesterol Total dan LDL tinggi
- Kadar Kolesterol HDL rendah
- Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)
- Merokok
- Diabetes Mellitus
- Kegemukan
- Riwayat keturunan penyakit jantung dalam keluarga
- Kurang olah raga
- Stress
Bila
Anda menyandang salah satu atau beberapa faktor resiko
tersebut diatas, Anda dianjurkan secara berkala
memeriksakan kesehatan jantung Anda kepada seorang ahli.
Adanya dua atau lebih faktor resiko akan berlipat kali menaikkan
resiko total terhadap Penyakit Jantung Koroner.
Deteksi Penyakit Jantung Koroner
Beberapa pemeriksaan dapat dilakukan untuk mendeteksi adanya Penyakit Jantung Koroner antar lain : ECG, Treadmill, Echokardiografi dan Arteriorgrafi Koroner (yang sering dikenal sebagai Kateterisasi).
Beberapa pemeriksaan dapat dilakukan untuk mendeteksi adanya Penyakit Jantung Koroner antar lain : ECG, Treadmill, Echokardiografi dan Arteriorgrafi Koroner (yang sering dikenal sebagai Kateterisasi).
Dengan pemeriksaan ECG
dapat diketahui kemungkinan adanya kelainan pada jantung
Anda dengan tingkat ketepatan 40%. Kemudian bila dianggap
perlu Anda akan dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan Treadmill Echokardiografi.
Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut kemungkinan Anda akan dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan Arteriografi Koroner (Kateterisasi)
yang mempunyai tingkat ketepatan paling tinggi (99 - 100%)
untuk memastikan apakah Anda mempunyai Penyakit Jantung
koroner.
Apakah Kateterisasi Jantung?
Kateterisasi Jantung merupakan pemeriksaan yang bertujuan untuk memeriksa struktur serta fungsi jantung, termasuk ruang jantung, katup jantung, otot jantung, sserta pembuluh darah jantung termasuk pembuluh darah koroner, terutama untuk mendeteksi adanya pembuluh darah jantung yang tersumbat.
Kateterisasi Jantung merupakan pemeriksaan yang bertujuan untuk memeriksa struktur serta fungsi jantung, termasuk ruang jantung, katup jantung, otot jantung, sserta pembuluh darah jantung termasuk pembuluh darah koroner, terutama untuk mendeteksi adanya pembuluh darah jantung yang tersumbat.
Prosedur tersebut dilakukan oleh Dokter Spesialis dengan menggunakan alat Angiografi. Dengan
pemberian zat kontras melalui kateter, dokter dapat
mengetahui secara tepat letak, luas, serta berat atau
derajat penyempitan pembuluh darah koroner. Hasil akan di rekam secara jelas di dalam film atau CD (Compact Disc)
![]() | ![]() |
Potongan melintang pembuluh arteri yang normal/ sehat
|
Potongan melintang pembuluh arteri yang menyempit karena timbunan kolesterol
|
Bagaimana dengan hasil Kateterisasi Jantung?
Dokter Anda akan menjelaskan hasil film yang direkam selama tindakan dan kemungkinan pengobatan selanjutnya. Bila hasil dari film tersebut diketahui adanya penyempitan pembuluh koroner, maka dokter akan memberitahukan tindakan pengobatan selanjutnya apakah cukup dengan obat atau dengan tindakan pelebaran bagian pembuluh darah jantung yang menyempit atau tersumbat dengan menggunakan alat alat tertentu atau ditiup, Percutaneous Transluminal Coronary Angioplasty, di singkat PTCA atau akhir akhir ini disebut Percutaneous Coronary intervention yang disingkat PCI; atau harus dilakukan Operasi Jantung Terbuka (Open Heart Surgery) untuk memasang pembuluh darah baru menggantikan pembuluh darah jantung yang tersumbat Coronary Artery Bypass Surgery disingkat CABG.
Bagaimana dengan resiko Kateterisasi Jantung?
Dengan semakin canggihnya peralatan Angiografi dan berkembangnya teknik teknik baru, pada umumnya tindakan kateterisasi secara praktis dianggap tidak ada resiko.
Dengan semakin canggihnya peralatan Angiografi dan berkembangnya teknik teknik baru, pada umumnya tindakan kateterisasi secara praktis dianggap tidak ada resiko.
Menurut
data statistik dari ribuan pasien yang telah menjalankan
kateterisasi di RS Medistra menunjukkan bahwa angka
keberhasilannya amat tinggi, setingkat dengan yang
dilakukan di Amerika Serikat.
![]() | ![]() |
Sebelum Tindakan
|
Sesudah Tindakan
|
Apa yang dimaksud dengan tindakan "Peniupan" (PTCA-PCI)?
Tindakan "peniupan" atau "balonisasi" atau "Angioplasti" bertujuan untuk melebarkan penyempitan pembuluh koroner dengan menggunakan kateter khusus yang ujungnya mempunyai balon. Balon dimasukkan dan dikembangkan tepat ditempat penyempitan pembuluh darah jantung. Dengan demikian penyempitan tersebut menjadi terbuka.
Tindakan "peniupan" atau "balonisasi" atau "Angioplasti" bertujuan untuk melebarkan penyempitan pembuluh koroner dengan menggunakan kateter khusus yang ujungnya mempunyai balon. Balon dimasukkan dan dikembangkan tepat ditempat penyempitan pembuluh darah jantung. Dengan demikian penyempitan tersebut menjadi terbuka.
http://www.medistra.com/index.php?option=com_content&view=article&id=76
DIABETES MELLITUS
Diposting oleh
estic kartixa
di
05.44
Most pediatric patients with diabetes have type 1 diabetes mellitus
(T1DM) and a lifetime dependence on exogenous insulin. Diabetes mellitus
(DM) is a chronic metabolic disorder caused by an absolute or relative
deficiency of insulin, an anabolic hormone. Insulin is produced by the
beta cells of the islets of Langerhans located in the pancreas, and the
absence, destruction, or other loss of these cells results in type 1
diabetes (insulin-dependent diabetes mellitus [IDDM]). A possible
mechanism for the development of type 1 diabetes is shown in the image
below. (See Etiology.)

Type 2 diabetes mellitus
(non–insulin-dependent diabetes mellitus [NIDDM]) is a heterogeneous
disorder. Most patients with type 2 diabetes mellitus have insulin
resistance, and their beta cells lack the ability to overcome this
resistance.[1] Although
this form of diabetes was previously uncommon in children, in some
countries, 20% or more of new patients with diabetes in childhood and
adolescence have type 2 diabetes mellitus, a change associated with
increased rates of obesity. Other patients may have inherited disorders
of insulin release, leading to maturity onset diabetes of the young
(MODY) or congenital diabetes.[2, 3, 4] This topic addresses only type 1 diabetes mellitus. (See Etiology and Epidemiology.)
Hypoglycemia
Hypoglycemia
is probably the most disliked and feared complication of diabetes, from
the point of view of the child and the family. Children hate the
symptoms of a hypoglycemic episode and the loss of personal control it
may cause. (See Pathophysiology and Clinical.)[5]
Manage
mild hypoglycemia by giving rapidly absorbed oral carbohydrate or
glucose; for a comatose patient, administer an intramuscular injection
of the hormone glucagon, which stimulates the release of liver glycogen
and releases glucose into the circulation. Where appropriate, an
alternative therapy is intravenous glucose (preferably no more than a
10% glucose solution). All treatments for hypoglycemia provide recovery
in approximately 10 minutes. (See Treatment.)
Occasionally, a
child with hypoglycemic coma may not recover within 10 minutes, despite
appropriate therapy. Under no circumstances should further treatment be
given, especially intravenous glucose, until the blood glucose level is
checked and still found to be subnormal. Overtreatment of hypoglycemia
can lead to cerebral edema and death. If coma persists, seek other
causes.
Hypoglycemia was a particular concern in children younger
than 4 years because the condition was thought to lead to possible
intellectual impairment later in life. Persistent hyperglycemia is now
believed to be more damaging.
Hyperglycemia
In an
otherwise healthy individual, blood glucose levels usually do not rise
above 180 mg/dL (9 mmol/L). In a child with diabetes, blood sugar levels
rise if insulin is insufficient for a given glucose load. The renal
threshold for glucose reabsorption is exceeded when blood glucose levels
exceed 180 mg/dL (10 mmol/L), causing glycosuria with the typical
symptoms of polyuria and polydipsia. (See Pathophysiology, Clinical, and
Treatment.)
All children with diabetes experience episodes of
hyperglycemia, but persistent hyperglycemia in very young children (age
< 4 y) may lead to later intellectual impairment.[6, 7]
Diabetic ketoacidosis
Diabetic ketoacidosis
(DKA) is much less common than hypoglycemia but is potentially far more
serious, creating a life-threatening medical emergency. Ketosis usually
does not occur when insulin is present. In the absence of insulin,
however, severe hyperglycemia, dehydration, and ketone production
contribute to the development of DKA. The most serious complication of
DKA is the development of cerebral edema, which increases the risk of
death and long-term morbidity. Very young children at the time of first
diagnosis are most likely to develop cerebral edema.
DKA usually
follows increasing hyperglycemia and symptoms of osmotic diuresis. Users
of insulin pumps, by virtue of absent reservoirs of subcutaneous
insulin, may present with ketosis and more normal blood glucose levels.
They are more likely to present with nausea, vomiting, and abdominal
pain, symptoms similar to food poisoning. DKA may manifest as
respiratory distress.
Injection-site hypertrophy
If
children persistently inject their insulin into the same area,
subcutaneous tissue swelling may develop, causing unsightly lumps and
adversely affecting insulin absorption. Rotating the injection sites
resolves the condition.
Fat atrophy can also occur, possibly in
association with insulin antibodies. This condition is much less common
but is more disfiguring.
Diabetic retinopathy
The most
common cause of acquired blindness in many developed nations, diabetic
retinopathy is rare in the prepubertal child or within 5 years of onset
of diabetes. The prevalence and severity of retinopathy increase with
age and are greatest in patients whose diabetic control is poor.
Prevalence rates seem to be declining, yet an estimated 80% of people
with type 1 diabetes mellitus develop retinopathy.[8]
Diabetic nephropathy and hypertension
The
exact mechanism of diabetic nephropathy is unknown. Peak incidence is
in postadolescents, 10-15 years after diagnosis, and it may occur in as
many as 30% of people with type 1 diabetes mellitus.[9]
In
a patient with nephropathy, the albumin excretion rate (AER) increases
until frank proteinuria develops, and this may progress to renal
failure. Blood pressure rises with increased AER, and hypertension
accelerates the progression to renal failure. Having diabetic
nephropathy also increases the risk of significant diabetic retinopathy.
Progression may be delayed or halted by improved diabetes
control, administration of angiotensin-converting enzyme inhibitors (ACE
inhibitors), and aggressive blood pressure control. Regular urine
screening for microalbuminuria provides opportunities for early
identification and treatment to prevent renal failure.
A child
younger than 15 years with persistent proteinuria may have a nondiabetic
cause and should be referred to a pediatric nephrologist for further
assessment.
Peripheral and autonomic neuropathy
The
peripheral and autonomic nerves are affected in type 1 diabetes
mellitus. Hyperglycemic effects on axons and microvascular changes in
endoneural capillaries are amongst the proposed mechanisms.
Autonomic
changes involving cardiovascular control (eg, heart rate, postural
responses) have been described in as many as 40% of children with
diabetes. Cardiovascular control changes become more likely with
increasing duration and worsening control.[10] In adults, peripheral neuropathy usually occurs as a distal sensory loss.
Gastroparesis
is another complication, and it which may be caused by autonomic
dysfunction. Gastric emptying is significantly delayed, leading to
problems of bloating and unpredictable excursions of blood glucose
levels.
http://emedicine.medscape.com/article/919999-overview
super junior
Diposting oleh
estic kartixa
di
05.40

Terkenal sejak merilis single "U" (2006)
BIOGRAFI
Super Junior
(Suju atau SJ) adalah boyband asal Korea Selatan yang dibentuk oleh SM
Entertainment sejak tahun 2005. Super Junior awalnya memiliki 13
personil, yaitu %Leeteuk% (Park Jung Soo), Han Geng, Heechul (Kim Heechul), Yesung (Kim Jung Woon ), Kangin (Kim Young Woon), Shindong (Shin Dong Hee), Sungmin (Lee Sung Min), Eunhyuk (Lee Hyuk Jae), Donghae (Lee Donghae), Siwon (Choi Siwon), Ryeowook (Kim Ryeo Wook), Kibum (Kim Kibum) dan Kyuhyun (Cho Kyu Hyun).
Langganan:
Postingan (Atom)
Poll
Total Pageviews
Popular Posts
-
FOTO LEE MIN HO Lee Min Ho dan So Ye Jin Dalam Serial Tv Personal Taste Lee Min Ho Jadi Models 2012 Toyota Camry Lee Min Ho di B...
-
http://sup3rjunior.com/ 120518-21 SMTown LA with Super Junior Compilation Continue Reading 120522 OFFICIAL, MBC K...
-
SPERM PARAMETERS INVESTIGATION Sperm parameters can be expressed as: A. Quantitative, such as volume, number of spermatozoa / ml, levels of...
-
Fascioliasis Morphology: ep The Adult Worm - Averaging 30mm in length and 13 mm in width, Fasciola hepatica is one ...
-
Girls' Generation as a closing act for Summer Sonic 2011 in Japan. Music-...
-
Lee Min Ho adalah bintang Hallyu nomor satu di Jepang. Pada tanggal 12 Juni, menurut kantor nya, Starhaus Entertainment , ia mengambil...
-
isolasi bakteri Bakteri dapat hidup soliter maupun berkoloni dan berkembang biak dengan cara membelah diri. Isolasi bakteri adalah pro...
-
PURPOSE: The pour plate technique can be used to determine the number of microbes/mL or microbes/gram in a specimen. It has the advanta...
-
Most pediatric patients with diabetes have type 1 diabetes mellitus (T1DM) and a lifetime dependence on exogenous insulin. Diabetes mellit...
Total Tayangan Halaman
Diberdayakan oleh Blogger.