Asidi-Alkali

Jumat, 29 Maret 2013
Asidimetri adalah analisis (volumetri) yang menggunakan asam sebagai larutan standar. Dalam titrasi jenis ini indikator yang digunakan adalah indikator yang mempunyai warna yang berbeda (berubah) tergantung dari besarnya [H+] dalam larutan. Indikator dalam titrasi netralisasi berupa asam dan basa organik yang berbeda warnanya dalam bentuk molekul atau ionnya. Dalam titrasi netralisasi, jika antara asam dan basa memiliki Normalitas yang sama, maka besarnya konsentrasi garam yang dihasilkan pada suatu saat diambil sama banyaknya dengan banyaknya sisa volume asam atau basanya. Dan apabila Normalitas asam dan basanya tidak sama, maka besarnya konsentrasi garam yang terjadi pada suatu saat diambil sama dengan banyaknya mgek larutan asam atau basa dalam larutan diambil sama dengan banyaknya mgek sisa dari asam atau basanya.
Analisis anorganik secara kualitatif yaitu proses atau operasi analisis yang digunakan untuk mengetahui atau mengidentifikasi penyusun-penyusun dari suatu zat dan pengembang-pengembang metode-metode pemisahan masing-masing penyusun yang terdpat dalam suatu campuran.
Analisis anorganik kuantitatif yaitu proses analisis untuk menentukan atau mengidentifikasi banyaknya atau perbandingan banyaknya tiap-tiap penyusun yang terdapat dalam suatu zat atau senyawa.Larutan yang konsentrasinya telah diketahui dengan teliti, disebut larutan standar atau larutan lembaga, dimana larutan ini setiap liternya mengandung sejumlah gram ekivalen tertentu. Sedang banyaknya zat yang akan ditentukan dapat dihitung dari banyaknya volum larutan standar dengan hukum ekivalen kimia biasa.
Titrasi asidimetri yaitu titrasi terhadap larutan basa bebas atau garam yang berasal dari basa lemah dengan menggunakan larutan standar asam. Sedangkan, titrasi alkalimetri yaitu titrasi terhadap larutan asam bebas atau garam yang berasal dari asam lemah dengan menggunakan larutan standar basa.Asidimetri dan alkalimetri yang dilakukan dalam percobaan ini melalui beberapa tahap. Untuk alkalimetri yaitu pembuatan larutan NaOH dan larutan asam oksalat, kemudian standarisasi larutan NaOH dengan larutan asam oksalat. Larutan asam oksalat dipakai sebagai larutan standar karena memiliki kemurnian tinggi, tidak higroskopis dan memiliki berat ekivalen yang cukup besar, sehinngga tergolong sebagai larutan standar primer. Karena larutan NaOH termasuk basa kuat sedangkan larutan asam oksalat termasuk asam lemah, Maka, pH saat terjadi titik ekivalen bersifat basa.



DAFTAR PUSTAKA
  • Khoopkar, s, M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI-Press. Jakarta.
  • Rivai, H. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. UI-Press. Jakarta
  • Mudjiran.Diktat Analisis Kuantitatif Bagian Volumetri.Yogyakarta:STTN-BATAN.
  • Siswantoro.dkk.2010.Petunjuk Praktikum Kimia Analisis.Yogyakarta:STTN-BATAN.

EOSINOFIL


Eosinofil merupakan sel darah putih dari kategori granulosit yang berperan dalam sistem kekebalan dengan melawan parasit multiselular dan beberap infeksi pada makhluk vertebrata.
Eosinofil terbentuk pada proses haematopoiesis yang terjadi pada sumsum tulang sebelum bermigrasi ke dalam sirkulasi darah. Eosinofil dapat ditemukan pada medulla oblongata dan sambungan antara korteks otak besar dan timus, dan di dalam saluran pencernaan, ovarium, uterus, limpa dan lymph nodes. Tetapi tidak dijumpai di paru, kulit, esofagus dan organ dalam lainnya, pada kondisi normal, keberadaan eosinofil pada area ini sering merupakan pertanda adanya suatu penyakit.

Eosinofil mengandung sejumlah zat kimiawi antara lain histamin, eosinofil peroksidase, ribonuklease, deoksiribonuklease, lipase, plasminogen dan beberapa asam amino yang dirilis melalui proses degranulasi setelah eosinofil teraktivasi. Eosinofil merupakan sel substrat peradangan dalam reaksi alergi.

Eosinofil dapat bertahan dalam sirkulasi darah selama 8-12 jam, dan bertahan lebih lama sekitar 8-12 hari di dalam jaringan apabila tidak terdapat stimulasi.
Sel ini serupa dengan neutrofil kecuali granula sitoplasmanya lebih kasar dan berwarna lebih merah gelap (karena mengandung protein basa) dan jarang terdapat lebih dari tiga lobus inti. Mielosit eosinofil dapat dikenali tetapi stadium sebelumnya tidak dapat dibedakan dari prekursor neutrofil. Waktu perjalanan dalam darah untuk eosinofil lebih lama daripada untuk neutropil. Eosinofil memasuki eksudat peradangan dan nyata memainkan peranan istimewa pada respon alergi, pada pertahanan melawan parasit dan dalam pengeluaran fibrin yang terbentuk selama peradangan. 

Jumlah eosinofil meningkat selama alergi dan infeksi parasit. Bersamaan dengan peningkatan steroid, baik yang diproduksi oleh kelenjar adrenal selama stress maupun yang diberikan per oral atau injeksi, jumlah eosinofil mengalami penurunan.
Jumlah eosinofil pada kondisi normal berkisar antara 1-3 % atau 0.1-0.3 x10^3/mmk. Peningkatan jumlah eosinofil (disebur eosinofilia) dapat dijumpai pada alergi, pernyakit parasitic, kanker (tulang, ovarium, testis, otak), feblitis, tromboflebitis, asma, emfisema, penyakit ginjal.

 

DAFTAR PUSTAKA

  1. Frances K. Widmann, alih bahasa : S. Boedina Kresno dkk., Tinjauan Klinis Atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium, edisi 9, cetakan ke-1, EGC, Jakarta, 1992.
  2. Joyce LeFever Kee, Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik, EGC, Jakarta, 2007.
  3. Laboratorium Patologi Klinik FK-UGM, Tuntunan Praktikum Hematologi, Bagian Patologi Klinik FK-UGM, Yogyakarta, 1995.
  4. R. Gandasoebrata, Penuntun Laboratorium Klinik, Dian Rakyat, Bandung, 1992.
  5. Ronald A. Sacher & Richard A. McPherson, alih bahasa : Brahm U. Pendit dan Dewi Wulandari, editor : Huriawati Hartanto, Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium, Edisi 11, EGC, Jakarta, 2004.
  6. http://id.wikipedia.org/wiki/Eosinofil
  7. Daniela Tagliasacchi and Giorgio Carboni, Let's Observe The Blood Cells, 1997 on Fun Science Gallery.